Seorangwarga Indonesia yang taat beragama (sila kesatu) akan berlaku adil terhadap sesamanya (sila kedua) dan akan menjaga hubungan antar warga sehingga tercapai persatuan (sila ketiga). Dalam mengambil keputusanpun akan berdasarkan musyawarah (sila keempat) yang ujung-ujungnya akan mewujudkan keadilan sosial (sila kelima). 4. Universal
Pemerintahharus menegaskan bahwa yang utama adalah menjadi warga negara dan bangsa Indonesia, tanpa memperdulikan asal sukubangsa, ras, agama dan daerah. Yang dilihat adalah kesetiaannya kepada Indonesia, dalam bentuk karya-karyanya yang dapat mensejahterakan diri dan kkomunitinya serta masyarakat Indonesia pada umumnya.
kemerdekaanIndonesia dibacakan oleh Soekarno sendiri; Semua jawaban benar; Jawaban yang benar adalah: B. kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan sendiri, bukan pemberian bangsa lain. Dilansir dari Ensiklopedia, proklamasi kemerdekaan menjadi bukti bahwa bangsa indonesia adalah bangsa yang mandiri karena kemerdekaan Indonesia merupakan
⚡⚡ Jawaban - Tunjukkan bukti bahwa bangsa indonesia adalah bangsa yang beragama? - jawaban-sekolah.com. Kategori. Matematika; Sosiologi; B. Indonesia; Seni; Kimia; TI; Fisika; Penjaskes; B. inggris; Tunjukkan bukti bahwa bangsa indonesia adalah bangsa yang beragama? Jawaban: 1 Lihat Pertanyaan Lain: PPKn. PPKn, 19.08.2019 23:50
Pengaruh budaya India sudah mengakar di berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia.. Dikutip dari buku Sejarah Indonesia masa Hindu-Buddha (2014) oleh Suwardono, pengaruh kebudayaan India melalui proses asimilasi dan akulturasi.. Pengaruh budaya India sudah berlangsung sejak masa prasejarah. Hal tersebut semakin kuat di Indonesia ketika muncul kerajaan Hindu-Buddha abad ke-4
kemerdekaanIndonesia dibacakan oleh Soekarno sendiri; Semua jawaban benar; Jawaban: B. kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan sendiri, bukan pemberian bangsa lain. Dilansir dari Ensiklopedia, proklamasi kemerdekaan menjadi bukti bahwa bangsa indonesia adalah bangsa yang mandiri karena kemerdekaan indonesia merupakan hasil perjuangan
KETUABidang Kerukunan Antarumat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Yusnar Yusuf Rangkuti mengatakan paham radikal terorisme merupakan sesuatu ajaran pemikiran menyimpang dari paham yang sebenarnya tentang Islam itu sendiri. Sehingga masyarakat memiliki paham yang benar bahwa Islam itu adalah agama yang rahmatan lil alamin (rahmat
Darinilai tersebut, menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa religius bukan bangsa yang tidak memiliki agama atau ateis. Dari Pengakuan adanya Tuhan diwujudkan dalam perbuatan untuk taat dalam setiap perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan ajaran atau tuntunan agama yang dianut.
Mungkinanda telah tahu dan pelajari bahwa agama Hindu dan Budha berasal dari India, sehingga pembangunan candi-candi tersebut menunjukkan fakta bahwa dahulu bangsa Indonesia telah mengembangkan toleransi beragama dan sikap humanisme dalam pergaulan antar manusia.
Tunjukanbukti bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama! Jawaban: a) dalam dasar negara Indonesia , dasar yang pertama dan utama adalah tentang ketuhanan yang Maha Esa , itu sdh dapat menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara yang beragama b) dalam batang tubuh UUD 1945 juga disebutkan dalam pasal 29 ayat 1 dan 2 , yang bunyinya
Dariaspek internal, kondisi objektif bangsa Indonesia sejak diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan negara dengan bangsa yang dibangun di atas keragaman dan perbedaan, yaitu perbedaan suku, agama, ras, etnis, budaya, bahasa dan lain-lain.
Jakarta- . Indonesia adalah negara demokratis yang menjunjung kebebasan hak asasi penduduknya, termasuk aturan agama. Hal ini tertuang dalam pasal 29 ayat 2 UUD 1945.. Demokratis artinya bersifat
Pentingnyakarakter akhlak pada manusia tidak terlepas dari kondisi bangsa Indonesia yang mengakomodasi keberagaman agama, budaya, dan gender. Terlebih bangsa Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki arti meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap satu kesatuan.
BangsaIndonesia merupakan bangsa yang besar Bangsa Indonesia gemar bermusuhan Bangsa Indonesia selalu saling menghina di antara sesamanya Semua jawaban benar. Kunci jawabannya adalah: A. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, keberagaman bangsa indonesia merupakan bukti bahwa bangsa indonesia
Padakesempatan kali ini membagikan jawaban dari soal Salah satu bukti utama bahwa bangsa indonesia adalah bangsa yang beragama adalah Jawaban: Salah satu bukti primer bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yg beragama adalah bunyi sila awalPancasila adalah " Ketuhanan Yg Maha Esa". Demikian artikel tentang Salah satu bukti utama bahwa bangsa indonesia adalah
Bcuw6k7. Hafidz Fuad Halimi Agama Monday, 16 Aug 2021, 1539 WIB Menjalankan ajaran agama tak membuat kita lupa akan kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika pun ada yang membenturkan antara kehidupan beragama dan bernegara, anggap saja sedang ada titisan Snouck Hurgronje sedang menjalankan kepentingan "kotor"-nya di masa bernegara merupakan bagian dari aktivitas kebaikan tanpa harus meninggalkan atau menanggalkan aktivitas beragama. Terlebih, di negara Indonesia di mana aktivitas kepercayaan dan agama dilindungi undang-undang. Adapun jika ditemui pertentangan antara aktivitas bernegara dengan beragama, maka pasti ada hal salah yang menjadi penghubung di antara keduanya. Bukan salah negaranya ataupun salah agamanya, tapi salah penghubung di antara keduanya. Sejarah pun membuktikan, latar belakang agama banyak menjadi faktor krusial dalam membangun negara. Dimulai dengan sejarah perlawanan kolonialisme, tak terhitung banyaknya tokoh agama yang menjadi motor dan penggerak peristiwa perlawanan terhadap kesewenang-wenangan kolonilalisme di berbagai wilayah Nusantara. Kita pasti masih ingat penentang koloniaslime dari tanah Sumatra, seperti Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Malahayati, Imam Bonjol. Ingatkah kita bagaimana perjuangan Fatahillah dalam mengusir bangsa Portugis yang serakah dari Sunda Kelapa? Bagaimana pula perlawanan gerilya Diponegoro di Jawa yang memusingkan pihak kolonial Belanda sehingga harus melakukan tipu daya dan pengkhianatan untuk bisa menangkapnya? Masihkan kita ingat bagaimana kerasnya perlawanan ayah dan anak dari Makassar, Sultan Malikussaid dan Sultan Hasanuddin melawan kesemena-menaan kongsi dagang Belanda VOC? Pernahkah kita baca bagaimana kerasnya perlawanan Kesultanan Ternate di bawah komando Sultan Baabullah dalam mempecundangi Portugis di tanah Maluku?Tentunya masih banyak kisah heroik bangsa Indonesia dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan oleh tokoh yang dikenal sebagai tokoh agama. Inipun mejadi indikator bahwa tokoh-tokoh beragama akan sangat bisa diandalkan sebagai benteng kokoh kedaulatan bangsa dan lagi jika kita mencerna berbagai rentetan peristiwa menjalang proklamasi kemerdekaan Indonesia sampai perjuangan memertahankan kemerdekaan Indonesia. Sangat banyak tokoh yang mengawal rentetan peristiwa bersejarah tersebut yang mempunyai latar belakang sebagai tokoh agama di masyarakatnya. Bahkan, bendera Merah Putih pun diusulkan oleh sosok bersorban, Habib Idrus dengan salah satu tokoh sentral dalam kemerdekaan Indonesia, Sukarno? Tentu saja, Sukarno pun meski tak memiliki latar belakang sebagai tokoh agamawan, tapi Sukarno kaya akan referensi dan gagasan mengenai Islam. Salah satu bukti ketidakabaianya terhadap Ilmu Agama Islam adalah peristiwa surat-menyurat dengan tokoh sekaligus guru Persatuan Islam Persis, A. Hassan saat Sukarno diasingkan ke Ende oleh pemerintah Kolonial Belanda. Dalam surat-surat yang sudah menjadi bukti otentik sejarah tersebut, jelas pemahaman Sukarno mengenai agamanya tidak abal-abal. Keterasingan yang dialami selama di Ende sedikit banyaknya diriangkan dengan surat yang dinantinya dari sahabat, guru, sekaligus lawan debatnya, A. Hassan. Bahkan, Sukarno pun tak menampik kekaguman dan pengakunnya sebagai guru spiritual kepada A. Hassan. Tentu saja, peristiwa itu pun menjadi tanda bahwa tokoh yang menjadi Presiden Indonesia pertama itu pun memiliki bekal pemahaman agama yang kuat sebelum memimpin bangsa Indonesia. Jadi, sangat tidak masuk akal jika tokoh-tokoh beragama dan menggunakan simbol agama dalam kesehariannya bisa menjadi sandungan dalam kemajuan berbangsa dan kemerdekaan Indonesia, ada panitia sembilan yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan merumuskan ideologi negara sehingga lahirlah Pancasila. Tujuh di antara sembilan tokoh panitia sembilan merupakan tokoh bergelar Haji. Maka, tak relevan juga jika saat ini masih ada manusia yang teriak mempertentangkan Islam dan Pancasila. Jika paham sejarah, semua sudah clear, beres sedari saja, bagaimana “Revolusi Jihad” yang dicanangkan Hasyim Asy’ari yang notabene sebagai tokoh sekaligus pemimpin Organisasi Islam NU, berjubah, dan bersorban mampu membakar santri dan segenap anak bangsa untuk melawan Agresi Belanda dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di Surabaya pun demikian, teriakan “Allahu Akbar...!” yang digaungkan Bung Tomo mampu membakar semangat arek-arek Suroboyo untuk menentang dan melawan kita familiar dengan istilah “NKRI Harga Mati”, maka sepatutnya kita ingat tokoh bernama Mohammad Natsir. Pahamilah bagaimana cantiknya strategi Mohammad Natsir Ulama Persis dan Dewan Dakwah Indonesia mempersatukan Indonesia di tengah perpecahan dalam bentuk Republik Indonesia Serikat RIS hasil KMB sampai akhirnya RIS dibubarkan dan diganti dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI pada 3 April 1950 melalui Mosi Integral Natsir mencetuskan Mosi Integral di hadapan parlemen pada 3 April 1950 sehingga terbentuklah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRIMelalui beberapa peristiwa dan tokoh sejarah, kita seharusnya banyak belajar nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara yang agamis dan humanis. Batapa nilai-nilai agama yang menjadi pengokoh kehidupan berbangsa dan bernegara tidak boleh dipertentangkan atas dasar argumen apapun. Kita pun harus sadar, di balik kuatnya upaya kita menjaga kedaulatan negara Indonesia akan selalu ada upaya pemecah belah dan perusak keharmonisan berbangsa dan bernegara. Maka, sudah sepatutnya kita pun jangan lengah dan tetap waspada terhadap neo Snouck Hurgronje yang menjadi hama persatuan dan kesatuan bangsa peringatan kemerdekaan Indonesia bisa kita maknai sebagai upaya penguatan kehidupan beragama dan bernegara yang selaras serta harmonis. Meninjau kembali kisah sejarah menjadi salah satu jalan kita memahami Indonesia dan bagaimana cara kita bernegara sekaligus menjadi pemeluk agama yang taat. Semakin paham kita dengan sejarah bangsa, maka semakin kuat dan kokoh persatuan dan kesatuan yang kita upayakan. Terlebih, kita bisa waspada terhadap sosok-sosok yang terus berupaya memecah belah bangsa di tengah kemerdekaanindonesia proklamasikemerdekaanindonesia peranulamabagiindonesia sejarahislamindonesia persatuanindonesia uma Disclaimer Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku UU Pers, UU ITE, dan KUHP. Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel. Berita Terkait Terpopuler di Agama
Rakyat Merdeka - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menegaskan, kerukunan antar umat beragama, sudah menjadi komitmen bersama diantara Bapak dan Ibu pendiri bangsa. Mereka bukan hanya membahas, tapi sudah mempraktekkan kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam urusan politik dan kenegaraan. Salah satu bukti kerukunuan antar umat beragama di antara para pendiri bangsa terjadi pada proses penyusunan Pancasila, baik di BPUPKI, Panitia Sembilan maupun PPKI. Puncaknya, kelompok religius dan nasionalis bersepakat dalam menentukan sila-sila Pancasila. Penghilangan tujuh kata dalam piagam Jakarta, kata Hidayat, adalah bukti bahwa kelompok Islam mau mendengar dan berempati terhadap tuntutan kelompok Indonesia bagian timur. "Keihklasan menghilangkan tujuh kata, tersebut juga bermakna bahwa kerukunan antara umat beragama sudah tercipta dan dipraktekkan dengan baik. Kalau bukan karena ingin mempertahankan kerukunan, masing- masing kelompok pasti lebih mengutamakan egoisme serta kepentingannya sendiri-sendiri," kata Hidayat. Baca juga Terbang Ke Turki, Basuki Buka Peluang Investasi Infrastruktur Di IndonesiaPernyataan itu disampaikan Hidayat Nur Wahid secara daring, saat menjadi pembicara kunci pada Seminar Nasional Sosialisasi Kerukunan Antara Umat Beragama Dalam Bingkai Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kerjasama MPR, Majelis Ulama Indonesia dan Universitas Muhammadiyah Jakarta di Cipete, Jakarta Selatan, Sabtu 6/11. Ada tiga narasumber yang menyampaikan makalahnya pada acara tersebut. Yaitu, Dr. Ma'mun Murod Al-Barbasy Rektor UMJ, Dr. KH. Yusnar Yusuf Ketua MUI Bidang Kerukunan Antar umat Beragama, serta Pdt. Gomar Gultom Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia. Selain dalam penyusunan teks Pancasila, kerukunan antar umat beragama, kata Hidayat Nur Wahid, juga muncul mendasari penyusunan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Karena di dalam pembukaan, selain ada teks Pancasila, juga terdapat cita-cita yang ingin diwujudkan dengan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. "Karena itu, pembukaan UUD NRI 1945 harga mati dan tidak bisa diubah lagi. Sebab, di sana terdapat teks Pancasila dan cita-cita Indonesia merdeka. Merubah cita-cita kemerdekaan, berarti merubah NKRI," kata HNW, panggilan akrab Hidayat Nur Wahid. Baca juga Wadirut PLN Luncurin Buku Jokowi And The New IndonesiaSependapat dengan Hidayat, pada makalahnya, Pdt. Gomar Gultom mengatakan, kerukunan antar umat beragama terbentuk dengan sendiri. Bukan dipaksakan ataupun direkayasa. Dan itu terjadi secara alamiah. "Proses dialektika dan keputusan menetapkan Pancasila adalah bukti bahwa kerukunan antar umat beragama sudah ada sejak dahulu, dan itu tumbuh diseluruh wilayah Indonesia," kata Gomar Gultom. Di masa kini, kata Gomar Gultom, kerukunan antar umat beragama, itu makin mudah ditemukan. Misalnya, saat umat Nasrani merayakan hari rayanya, banyak ibu-ibu membantu kesibukan di gereja. Banyak di antara mereka yang mengenakan hijab, dan itu pasti bukan umat Nasrani. Sementara itu, Dr. Ma'mun Murod Al-Barbasy mengingatkan, praktek politik di Indonesia, berpotensi merusak kerukunan antar umat beragama. Seperti pada saat Pilkada Jakarta yang dilanjutkan dengan pilpres. Baca juga Literasi Bangkitkan Kekuatan Generasi MilenialDikatakannya, Prabowo dan Joko Widodo pada Pilpres 2019, mampu merepresentasikan dirinya sebagai wakil dari dua kelompok umat beragama yang saling berhadapan. Ini terjadi karena presidential threshold yang mencapai 20 persen sehingga kandidat yang muncul hanya ada dua pasang, dan itu menyebabkan belah bambu. "Karena itu, patut dikaji kembali, agar presidential threshold diturunkan, supaya kandidat yang muncul lebih dari dua pasang, untuk menghindari terjadinya politik belah bambu," saran Ma'mun Murod. [TIF] Update berita dan artikel menarik lainnya di Google News Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
tunjukan bukti bahwa bangsa indonesia adalah bangsa yang beragama